Senin, 07 Mei 2012

Tanaman Aromatik Pengendali Hama Lalat Buah

Oleh : Agus Kardinan   

Lalat buah merupakan hama yang sangat merugikan di bidang hortikultura, karena sering 
membuat produk hortikultura seperti mangga, cabai, jambu biji, belimbing, nangka, jeruk 
dan buah-buahan lainnya menjadi busuk dan berbelatung. Hama ini juga dapat menjadi 
penghambat perdagangan (Trade barrier) antar Negara, karena apabila pada komoditas 
ekspor suatu produk terdapat telur lalat buah, maka produk tersebut akan ditolak. Hal ini 
pernah terjadi terhadap Indonesia pada komoditas paprika yang akan diekspor ke Taiwan.
 
Pengendalian yang dilakukan pada umumnya adalah dengan pembungkusan buah-buahan 
ataupun pemberonjongan pohonnya dengan kasa, pengasapan untuk mengusir lalat buah, 
penyemprotan dengan insektisida, pemadatan tanah di bawah pohon untuk memutus 
siklus hidup serta penggunaan atraktan (zat pemikat) yang salah satunya berbahan methyl 
eugenol. Namun demikian, cara-cara pengendalian ini dirasa masih kurang efektif, karena 
tidak dilakukan secara serentak dan kontinu, sehingga daerah yang tidak dikendalikan 
menjadi sumber infeksi di masa mendatang. Selain hal teknis, juga masalah mahalnya zat 
pengendali, khususnya atraktan lalat buah, sehingga petani/pengguna belum semuanya 
mampu memperoleh bahan ini. Sebagai contoh, atraktan komersial yang ada di pasaran 
saat ini harganya berkisar antara Rp 1.000.000 hingga Rp 1.500.000/ liternya. 

Tanaman aromatik yakni tanaman yang mampu mengeluarkan aroma, bisa juga 
digunakan untuk mengendalikan lalat buah. Di antaranya jenis selasih (Ocimum), yaitu  
O.minimum, O.tenuiflorum, O.sanctum dan lainnya. Selain tanaman selasih ada juga 
tanaman lain, yaitu Melaleuca bracteata dan tanaman yang bersifat sinergis 
(meningkatkan efektifitas atraktan), seperti pala (Myristica fragans). Semua tanaman ini 
mengandung bahan aktif yang disukai oleh lalat buah, yaitu Methyl eugenol, dengan 
kadar yang berbeda. Balittro telah membuat suatu atraktan dengan cara mencampur semua jenis tanaman, 


sehingga menghasilkan suatu minyak atsiri (essential oil) yang terdiri dari beberapa jenis 
tanaman yang mengandung methyl eugenol, yang dapat digunakan sebagai pengendali 
hama lalat buah atau disebut juga dengan ATLABU (Atraktan Lalat Buah). 

Diharapkan teknologi yang ditemukan Balittro ini akan membantu dalam usaha 
pengendalian lalat buah di Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya. 
Dengan teknologi ini biaya pengendalian dapat ditekan cukup signifikan, karena harga 
ATLABU hanya Rp 400.000/liter, jauh di bawah harga atraktan komersial yang ada (Rp. 
1- 1,5 juta/liter). Selain itu, masyarakat/petani dapat mengembangkan/membuat sendiri 
atraktan ini dengan cara menanam tanamannya (misal selasih yang mudah tumbuh) dan 
menyulingnya sendiri dengan alat/teknologi yang sederhana. 

Sumber : Badan Litbang, Departemen Pertanian   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar